• Login
    View Item 
    •   STT SAAT Institutional Repository
    • Theses
    • M.Th.
    • View Item
    •   STT SAAT Institutional Repository
    • Theses
    • M.Th.
    • View Item

    Analisis Kritis Terhadap Doktrin Allah Tritunggal Karl Barth dari Perspektif Reformed dan Implikasinya Bagi Perdebatan Unitarian-Trinitarian di Indonesia

    Thumbnail
    View/Open
    Bab 1 (881.4Kb)
    Bab 2 (806.1Kb)
    Bab 3 (856.3Kb)
    Bab 4 (755.5Kb)
    Bab 5 (565.4Kb)
    Ucapan Terima Kasih (557.5Kb)
    Date
    2018
    Author
    Sumito
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Karl Barth telah disalahpahami oleh sebagian orang karena dua hal ini: ia menyatakan Allah sebagai satu pribadi, dan Allah eksis dalam tiga modus keberadaan atau cara berada. Dikarenakan “satu esensi dan tiga pribadi” adalah formula Allah Tritunggal yang telah diterima secara luas oleh gereja-gereja Kristen, maka Barth dianggap mengajarkan modalisme. Untuk menyatakan Barth tidak mengajarkan modalisme, studi ini akan melakukan sebuah penelitian teologi sistematika, teologi sejarah, dan analisis kritis terhadap doktrin Allah Tritunggal Barth. Untuk mencapai tujuan tesis ini, penulis menerapkan penelitian kepustakaan. Tesis ini akan menunjukkan kepada pembaca bahwa formula Allah Tritunggal Barth bukanlah sebuah ajaran modalisme, melainkan ajaran yang ortodoks. Konsep Barth tentang Allah sebagai satu pribadi dapat dipahami dari arti personal, ontologis, dan dominical (ketuhanan/keallahan/esensi). Sedangkan mengenai istilah “modus keberadaan,” istilah ini sebenarnya identik dengan “relasi-relasi asal-usul” (relations of origin), yaitu paternity, generatio, dan spiratio atau processio. Barth juga tidak menolak formula trinitarian yang klasik: satu esensi dan tiga pribadi. Dari hasil penelitian, ternyata di dalam sejarah gereja sebagian bapa gereja dan teolog reformed pernah menggunakan istilah “modus keberadaan.” Jika istilah ini memiliki pengertian yang sama dengan ajaran modalisme, tentu mereka tidak akan memakainya. Barth menyadari bahwa “modus keberadaan” dapat disalahpahami sebagai modus penampakan, modus penyataan, atau modus aksi seperti yang diajarkan dalam modalisme. Untuk itu, ia memberikan istilah lain, yaitu “cara berada” (way of being) selain “modus keberadaan” (mode of being). Ia menggunakan “modus keberadaan” untuk menunjukkan dirinya tidak sedang merumuskan sebuah formula yang baru tentang Allah Tritunggal, melainkan sebagai penerus ajaran yang ortodoks.
    URI
    http://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1371
    Collections
    • M.Th.

    Copyright © 2018  STT SAAT
    Contact Us | Send Feedback
    STT SAAT
     

     

    Browse

    All of DSpaceCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    Copyright © 2018  STT SAAT
    Contact Us | Send Feedback
    STT SAAT